Minggu, 23 April 2017

Pengertian filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam

Pengertian filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam
a. Pengertian filsafat pendidikan
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli. Menurut al-syaibani filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filososfis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis

Menurut Imam bernadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filsofis terhadap pendidikan.

Sedangkan menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukkan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaaan (emosional) menuju tabiat manusia.

Jadi untuk mendapatkan pengertian filsafat pendidikan yang lebih jelas, ada baiknya kita melihat beberapa konsep mengenai pengertian pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal, yaitu kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memengang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun filsafat bangsa dan Negara.

b. Pengertian filsafat pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam memiliki pengertian yang mengkhususkan kajian pemikiran-pemikiran yang menyeluruh dan mendasar tentang pendidikan berdasarkan tuntutan ajaran Islam.

Sedangkan ajaran Islam sebagai sebuah sistem yang diyakini oleh penganutnya yang memiliki nilai-nilai tentang kebenaran yang hakiki dan mutlak, untuk dijadikan sebagai pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk didalamnya apek pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran yang radikal dan mendalam tentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan Islam.

Sebagai contoh akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisis filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
  1. Apakah hakikat pendidikan. Mengapa pendidikan harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. apa hakikat manusia dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia. 
  2. Apakah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
  3. Apakah hakikat peribadi manusia. manakah yang utama untuk dididik;akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau mentalnya, pendidikan skiil ataukah intelektualnya, ataukah kesemuanya dan lain sebagainya.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

Pendekatan dalam filsafat pendidikan Islam
Permasalahan yang perlu dipecahkan dalam masalah pendidikan Islam perlu didekati melalui berbagai pendekatan sesuai dengan permasalahannya. Diantara pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan Wahyu
Metode ini digunakan dalam upaya menggali, menafsirkan, dan – mungkin – menta’wilkan argument yang bersumber dari pokok ajaran Islam yang terkandung dalam alquran dan hadis. Dari kajian itu, kemudian disusun suatu konsep dasar pendidikan Islam secara filosofos. Dengan landasan keyakinan bahwa ajaran yang bersifat wahyu, merupakan petunjuk yang harus diikuti dan imani. Dalam konteks ini, metode filsafat pendidikan Islam berangkat dari kepercayaan (keyakinan) untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.

b. Pendekatan Spekulatif
Pendekatan spekulatif merupakan pendekatan yang umum dipakai dalam filsafat, termasuk filsafat pendidikan Islam.

Pendekatannya dilakukan dengan cara memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan suatu objek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Dalam pendidikan, banyak sekali objek yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, seperti hakikat manusia, kurikulum, tujuan, proses, materi, pendidik, peserta didik, evalusi, dan sebagainya.

c. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah menggunakan merode ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang ditengah-tengah masyarakat yang ada kaitannya dengan pendidikan. 

Pendekatan ilmiah berkaitan dengan kehidupan kekinian dengan sasaran adalah problematika pendidikan kontemporer.

d. Pendekatan Konsep
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji hasil karya ulama dan ahli pendidikan Islam dimasa-masa silam. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam dari zaman ke zaman, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya, serta latar belakang yang mendorong munculnya konsep-konsep tersebut. Dengan mengkaji konsep tersebutkan diperoleh manfaat, anatara lain: pertama, bagaimana perkembangan filsafat pendidikan Islam pada setiap zaman. Kedua, mengetahui hasil karya para pemikir pendidikan Islam. Ketiga, melanjutkan rangkaian pemikiran yang masih relevan sambil melakukan perbaikan-perbaikan apada hal-hal yang perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan lingkungan. Keempat, menghindari pola pikirjamping, dengan mengabaikan hasil pemikiran para pakar pendidikan sebelumnya.

Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
Pembahasan tentang ruang lingkup filsafat pendidikan Islam sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang akan dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal). Perbedaan suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu lainnya terletak pada sudut pandang (objek formal) yang digunakannya. Objek material filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang ada ini mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada yang tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam metafisis. Adapun objek formal filsafat pendidikan Islam adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan Islam untuk dapat diketahui hakikatnya.

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan.

Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup disajikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara makro.

a. Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis).

Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of God,yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (rasul).

Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam raya meliputi dasar pemikiran:
  1. Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (benda-benda alam);
  2. Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang diciptakan oleh Allah swt baik makhluk hidup maupun benda-benda alam;
  3. Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh. Dasar pemikiran ini mengarahkan falsafah pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam ghaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat;
  4. Alam senantiasa menngalami perubahan menurut ketentuan aturan pencipta;
  5. Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
b. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving.

Pengetahuan yang diperoleh dengan metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa.

Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisis data; menyimpulkan; melakukan verifikasi yakni pengujian hipotesis.

Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara tepat.

c. Aksiologi
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia berikut manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam bahasan lain, tujuan keilmuan dan pendidikan Islam yang berusaha untuk mencapai kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat ini sesuai dengan Maqasid al-Syariah yakni tujuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum Islam. Sementara menurut Wahbah al-Zuhaili, Maqasid Al Syariah berarti nilai- nilai dan sasaran syara' yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari' dalam setiap ketentuan hukum. Menurut Syathibi tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. 

Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan, maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai-nilai yang dipegang ilmuwan dalam memilih dan menentukan prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan pemanfaatannya.

DAFTAR PUSTAKA
  • Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan. Jakarta: GayaMedia Pratama, 1997.
  • Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: UsahaNasional, 1983.
  • Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1997.
  • Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Jakarta: BulanBintang, 1990
  • Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
  • Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar